Review: Lipstik 'Jadul' Viva no. 21 dan no. 25
GAYA KITA – Makeup yang cocok tak selalu mahal. Di Indonesia, kita bahkan punya banyak pilihan makeup yang yang sangat affordable, namun aman, mudah diperoleh, dan tentu saja halal. Salah satunya adalah produk Viva. Yeaaaaay!
Kita akan mereview atau mengulas lipstik “jadul” merk Viva Blue Series no. 21 dan no. 25, berdasarkan pengalaman pribadi penulis. Maka tak heran jika penampakannya di foto menjadi bukti bahwa lipstik ini betul-betul dipakai. Xoxoxo...
Meski lipstik ini disebut Blue Series, namun kemasannya kini sudah berganti dari biru tua menjadi dusty pink atau blush. Masih terbuat dari plastik, tapi terlihat lebih bernuansa muda.
Kedua lipstik ini sama-sama memiliki nuansa pink. Jika no. 21 pink mengarah ke merah, sedangkan no. 25 pink mengarah ke fuchsia bahkan mengandung warna ungu yang lumayan “kenceng”.
Di gerai resmi milik Viva Cosmetics di sebuah e-commerce, harganya tertera Rp 16.410. Mereka juga memiliki 53 pilihan warna. Di laman resmi Viva tertulis, “lipstick ini mengandung squalane dan shea butter sehingga bibir tetap lembab dan lembut”.
Namun, entah mengapa di bibir saya, no. 25 ini lebih mengeringkan dibanding no. 21. Ini terasa setelah pemakaian. Jadi, saya lebih sering memakai no. 21. Tapi secara umum, lipstik Viva ini relatif nyaman untuk bibir kering.
Tekstur dan pemakaian
Teksturnya waxy dan pas dioles dah terbayang kan, glossy. Menyandang jatidiri sebagai lipen glossy, tentu sudah terbayang, lipstik ini cepat pudar-melayang-lenyap. Tapi meninggalkan sedikit stain kok, terutama yang no. 25 karena lebih intens dibanding no. 21.
Lantas, bagaimana pas dipakai? Saya punya kebiasaan mengoleskan lipstik di bibir atas lalu diratakan ke bibir bawah. Lipstik no 21 perlu 2x oles agar lebih muncul untuk bibir saya yang gelap. Lalu bibir terlihat lebih berwarna soft pink. Mirip MLBB.
Sedangkan warna fuchsia dari no. 25 bisa masuk hanya dengan sekali oles. Uniknya, ternyata tak seungu yang saya bayangkan. Bahkan, no 25 ini juga membuat saya sadar akan undertone kulit saya.
“Nah, ini warnanya bagus inget-inget ya!” kata seorang teman.
Kaget dooong, karena seumur-umur baru menyadari bahwa saya cocok dengan lipstik dengan tone yang cool begini. Saya baru sadar satu hal: bahwa kulit saya punya cool undertone.
Saya jadi paham, mengapa salah satu metode untuk mengetahui undertone kulit cool atau warm, bisa dites dengan memakai lipstik. Pantas saja, saya tidak pernah cocok dengan lipstik dengan warna dasar orange, cokelat, atau nude mengarah ke cokelat. Sebelumnya saya beranggapan bahwa kulit saya yang gelap pasti warm. Berkat lipstik no 25 ini, saya mulai menelaah ulang pilihan warna-warna pakaian saya. Sungguh an eye-opener buat saya. Wow
Thank for reading. Take care! (Tat)